Bermimpilah
yang tinggi, mengejar mimpi adalah kehidupan yang penuh dengan nuansa,
pasang surut rintangan dan kesenangan akan melingkupi dengan amplitudo
yang ekstrim, melebihi kesenangan dan rintangan yang didapat dalam
perjalanan kehidupan tanpa mimpi-mimpi. Untuk ini, mari tidur!
Hehehe…
kalimat terakhir paragraf diatas adalah kesimpulan tindakan yang tak
mengarah, tidak menuju pencapaian dan target, malah menjauhi dari
mendekatkan diri pada titik bisa dinilai: "Hasil".
Tapi
biarkan sebentar tulisan ini melanjutkan membahas tentang tidur. Kita
mulai dengan slogan kesehatan. “Tidur dibutuhkan oleh semua makhluk
hidup untuk kembali merefresh otak dan otot kita”. Otak menjadi “jernih”
dan mampu mulai berpikir setelah stress melanda. Dan “relaksasi” otot
akan memulihkan kemampuan kerja otot tubuh kita setelah sekian waktu
dirasuki kelelahan. Durasi “ketahanan” otak dan otot dalam bekerja
harus dikasih jeda untuk optimalisasi kembali kinerjanya.
Kedua,
sekecil apapun “mimpi” yang terbersit dalam benak kita, sangat mudah
terbengkelai dan tinggal mimpi yang tidak pernah wujud dalam kehidupan
kita. Keinginan minum es yang segar, keingininan duduk diberanda rumah
untuk melihat siapa yang mengunjungi rumah kita, dan keinginan-keinginan
“biasa” berikutnya, hanyalah mimpi kecil yang hanya bisa terwujud
sampai kita memulainya, dan melakukannya. Wow..kenapa ini kembali
membahas mimpi. Ini harus kembali membahas tidur dong!
Okey,
Ketiga, tidur bukanlah urusan durasi, tetapi kualitas. Pencarian kita
adalah mencari “tidur yang berkualitas”. Teori tidur 8 jam sehari, 5 jam
sehari, bahkan cukup 2 jam sehari, dimentahkan oleh teori “tidur 5
menit yang berkualitas”. Music pengiring tidur guna mencapai
“deep-sleep”, penggunaan relaksasi aromatik, meditasi-tidur, dan
penataan nuansa-visual tempat tidur banyak dikemukakan dan diteliti
untuk memperpendek “usia tidur”. Semakin sedikit waktu tidur yang
diperlukan, semakin menjajikan untuk “irit” waktu terbuang untuk urusan
tidur ini. Dalam 24 jam sehari, banyak waktu yang bisa digunakan untuk
beraktifitas selain tidur, iya...mata “terjaga” lebih panjang dari
“terpejam”. Dan jangan diperbandingkan lagi, apalah manfaat terjaga lama
dengan kualitas kerja yang masih sebanding dengan kerja 2 jam yang
berkualitas perfect. Ini adalah perbandingan yang sama sekali tidak
sepadan dan adil. Ukurlah sendiri kebutuhan tidur. kebutuhan tidur saya
tidak sama dengan kebutuhan adik kecil yang baru lahir.
Nomor
Empat, “Tidurlah Nak!, malam semakin larut”. Pada saat malam hari,
itulah siklus manusia untuk tidur. Karena kita bukan spesies makhluk
malam. Penciptaan kita menyandang potensi lebih efektif beraktifitas
disiang hari. Selimut “gelap” malam dan suhu lebih rendah memberi
kenyamanan untuk memejamkan mata. Menyempatkan bangun tengah malam
memiliki makna aktivitas “perenungan dan evaluasi”. Bukan menyambung
melanjutkan dan segera menyelesaikan “pekerjaan sisa” siang tadi, tapi
menyambung pikiran siang tadi dengan perencanaan untuk esok pagi.
Kelima,
Kesempatan dan terlelap. “Mengantuk adalah rahmat, nikmat, dan bahkan
rezeki”. Waktu sekolah dulu, pendidikku mengatakan “tetaplah masuk kelas
ini walaupun terkantuk-kantuk”. Intinya melawan ‘tidak tidur’
sekuat-kuatnya. Berusaha sesedikit mungkin kita kehilangan moment
“kesempatan”, terlewatkan di saat kita sedang tidak tahu, sedang tidur.
Jika benar amat sangat tidak kuat menahan ‘kantuk’, biarkan raga ini
tertidur, kita tidak bisa menolaknya. Bayangkan kalau kita tidak
memiliki rasa “ngantuk”. Tiba2 kita akan tersungkur ketika saat tidur
telah tiba, sedang kita sedang asyik naik sepeda. Mengantuk adalah tanda
tubuh kita harus ditidurkan, sepanjang jangan kita terkantuk-kantuk
terus karena penyakit atau kemalasan. Selebihnya, penderita gangguan
susah tidur, sejauh ini dikatakan sebagai penyakit dan menyiksa
penderitanya.
Keenam,
Tidur adalah masa terbaik untuk penyembuhan. Pada waktu tidur sel-sel
akan bekerja efektif memerangi penyakit tubuh ataupun dalam kondisi
badan normal, sel berkembang lebih cepat untuk keperluan pertumbuhan.
Seperti di poin lima diatas, tidur saat sakit, adalah bagian rahmat
disebabkan 'manfaatnya'.
Dan
terakhir, nanti kalau kita sudah meninggal, acara kita hanya tidur
saudara-saudara…jadi mumpung ada waktu. Marilah tidak kita memperbanyak
tidur, dan menghambat jumlah karya yang kita hasilkan, sekali lagi
sebelum kita hanya bisa dan bertugas hanya untuk “tidur”.
sumber http://cakramasa.blogspot.co.id/2015/02/tidur.html
sumber http://cakramasa.blogspot.co.id/2015/02/tidur.html