Model penanaman sekarang yang lagi tren adalah dengan menggunakan cara bertumpuk. mengandaikan bedengan dengan ukuran 3x1.5 m dengan ketinggia tanah terakhir setelah diurug secara berkala 0.5 m, diharapkan mampu memproduksi 1 ton dengan bibit awal 200 batang, artinya memaksa 1 bibit mengeluarkan hasil jahe 5 kg. Luar biasa dan susash. meski demikian di forum2 lain kayaknya ini sebuah kemungkinan.
MODAL UNTUK PENANAMAN
1. bibit 200 buah @ 1.000 = 200.000
2. bokasi 3 sak @60.000=180.000
3. pupuk cair 2 btl @ 35.000= 70.000
4. Tanah 1 rit 250.000
5. sesek 200.000
HITUNGAN RUGI LABA
dari kebutuhan diatas dapat dihitung dengan hasil jahe emprit per kg harga sekarang 5.000 x panen menghasilkan sedikitnya 500 kg = 2.500.000,-. Kalau harga naik atau hasil panen sampai satu ton tinggal menghitung ulang dikurangi biaya diatas....
PRAKTEK SENDIRI
dari jahe yang saya uji coba kelebihan dan kekurangannya a.l.:
2. Tidak butuh cahaya matahari sepanjang hari, jika tidak ada pohon besar yang mengayomi harus diminimalisir dengan paranet, artinya butuh biaya tambahan, dan tidak cocok untuk lahan pertanian produktif hanya u jahe.
3. masa tunggu panen hampir satu tahun, cocoknya untuk tumpangsari tanaman utama.
4. model bertingkat, dengan mengurug secara berkala seiring pertumbuhan jahe, tidak berbanding lurus dengan jumlah rimpang yang tumbuh, mungkin saya ada kesalahan teori, khususnya perimpangan, karena tumbuhan lebat belum tentu isi buahnya juga banyak didalam tanah.
5. soal pasar penjualan, relatif mudah. tanyakan ke penjual terdekat pasti laku.
bila membutuhkan bibit, bokasi dan konsultasi gratisnya, sekaligus ini tutor saya diperjahean bisa lewat syahrurchumaeda@facebook.com beralamat di Jl. botolengket Kediri, Indonesia 64113. waktu saya kerumahnya, memang sudah sering dikunjungi pejabat pemerintah untuk perbandingan.
sekian...mungkin bisa menjadi bahan bacaan bagi kawan-kawan yang mengadu peruntungan di dunia perjahean.slm