pertama,
saya bertanya pada diriku...apakah hidup dituntut untuk terus
"perhatian" sama orang lain?...menyenangkan orang lain? tak pikir-pikir
tidakkah lelah juga menyenangkan orang lain? apakah karena kita disebut
makhluk sosial, maka kita diharuskan memperhatikan orang selain kita?
kalau selain aku itu adalah anak, istri, saudara, atau pacar. kenapa
kita mau "perhatian" walaupun tanpa disuruh? nalurikah? karena
harapankah? atau yang paling tinggi, janji pahalakah yang jadikan kita
demikian?
karena
suatu saat kita butuh orang lain, apakah cukup kuat mengharuskan kita
berlelah-lelah "perhatian"? bukankah uang yang diminta mereka atas
"perhatian" yang mereka berikan kepadaku? ikhlaskah dia membantuku?
cukupkah senyuman yang menghiasi wajah, itu sebagai "perhatian" yang
menyenangkan? bolehkah aku menduga merekapun sedang sembunyikan susahnya
dengan tetap ramah didepanku? apakah itu pengorbanan yang harus
kutebus dengan "perhatian"ku? benarkah karena masih ada orang "baik"
itu, maka aku juga harus menjadi "baik" didepan orang lain? walaupun aku
sekedar pura-pura baik? sia-siakah "baik"ku karena kepura-puraan
belaka? atau perlulah aku dilatih demikian agar tebiasa, lalu belajar
ikhlas? tak bisakah aku bebas, se enakku, jikapun kudapati orang
berpenampilan "tidak menyenangkan", aku ikhlas dan memaafkan? samakah
dia menilaiku, saat aku acuh dan berpakaian"nggimbal", dalam diamnya,
mereka tak mengeluh tentang caraku berpenampilan? sungguh tak bebaskah
kita saat bersama orang lain? apakah sebanyak dugaanku saja, aku
keluhkan pikiran liku-liku "perhatian" ini? apakah ini yang disebut
"penyakit" hati? apakah aku takut pembalasan orang lain? kalau aku tidak
takut, apakah seperti kita berjalan-jalan sendiri dikota asing yang
kita kunjungi? apakah ini namanya hubungan "khusus" yang wajar bagi
makhluk sejenis (manusia)? kenapa "perhatian" kepada orang yang membuat
kita tertawa/senang (lawak), kadang malah kita harus bayar? karena
"senang"kah maka "perhatian" kita, layak kita tambah dengan pengorbanan
lagi (keluar uang)? perhatian kita karena "senang" tak bisa dan lalu tak
boleh diukur dengan materi atau uang, kenapa?
kedua,
saya mulai pening melanjutkan-memikirkan ini, sia-siakah aku berpikir?
lalu kenapa kamu kasih minum aku, dan kau bilang gratis? kenapa kau rela
berikan hartamu kepada orang lain? tak tahankah kau lihat penderitaan
mereka? tak cukup kuatkah "mental" mu, sehingga agar kau tak gila, kau
tak bisa "diam" saat orang lain menderita? apakah takut yang membayangi
kita, seandainya kita menderita lantas tak ada yang perhatian pada kita?
bukankah tidak mesti dia yang kubantu, nanti pasti dia yang perhatikan
kita? imbal balik, yang mana? wong orang lain, bukan dia. apakah ini
namanya "perhatian" itu mulia? apakah ini alasan mengapa ini diajarkan?
siapa yang mengajarkan?Tuhankah? wallahua'lam.slm.
sumber http://cakramasa.blogspot.co.id/2014/02/perhatian-menyenangkan.html
sumber http://cakramasa.blogspot.co.id/2014/02/perhatian-menyenangkan.html